Rabu, 05 Oktober 2011

Keseimbangan Cairan Elektrolit dan Asam Basa

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air (H2O) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air. Namun bergantung kepada kandungan lemak & otot yang terdapat di dalam tubuh, nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat badan orang dewasa.Oleh karena itu maka tubuh yang terlatih & terbiasa berolahraga seperti tubuh seorang atlet biasanya akan mengandung lebih banyak air jika dibandingkan tubuh non atlet.
Di dalam tubuh, sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan, seperti paru-paru atau jantung, sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi. Konsumsi cairan yang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah mengkonsumsi 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energy tubuh atau jumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 L cairan per harinya. Sekitar 1.5 L cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat, 400 ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100 ml keluar bersama dengan feces (tinja).
Elektrolit yang terdapat pada cairan tubuh akan berada dalam bentuk ion bebas (free ions). Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu kation dan anion. Jika elektrolit mempunyai muatan positif (+) maka elektrolit tersebut disebut sebagai kation sedangkan jika elektrolit tersebut mempunyai muatan negatif (-) maka elektrolit tersebut disebut sebagai anion. Contoh dari kation adalah + + - - natrium (Na ) dan nalium (K ) & contoh dari anion adalah klorida (Cl ) dan bikarbonat (HCO ). Elektrolit- 3 + + elektrolit yang terdapat dalam jumlah besar di dalam tubuh antara lain adalah natrium (Na ), kalium (K ), + + - - 2- 2- kalsium (Ca ), magnesium (Mg ), klorida (Cl ), bikarbonat (HCO ), fosfat (HPO ) dan sulfat (SO)2.


Di dalam tubuh manusia, kesetimbangan antara air (H O)-elektrolit diatur secara ketat agar sel-sel dan organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Pada tubuh manusia, elektrolit-elektrolit ini akan memiliki fungsi antara lain dalam menjaga tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam kompartemen badan air (body’s fluid compartement), menjaga pH tubuh dan juga akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut berperan dalam setiap proses metabolisme.
Asam adalah bahan yang mampu membebaskan sebuah ion hidrogen. Sebagian besar proses metabolisme yang berlangsung di dalam tubuh menghasilkan asam. Proses-proses tersebut mencakup metabolisme oksidatif karbohidrat, lemak dan protein menjadi karbondioksida dan air melalui siklus krebs, metabolisme anaerob glukosa menjadi asam laktat, metabolisme asam-asam lemak menjadi senyawa golongan keton dan penguraian berbagai protein menjadi asam fosfat atau sulfat. Asam-asam ini harus dikeluarkan dari tubuh.
Pengeluaran karbon dioksida (CO2) dilakukan oleh paru. Pengeluaran asam-asam lain yang tidak mudah menguap (bukan gas) dilaksanakan oleh ginjal. Paru dan ginjal, bersama dengan berbagai sistem penyangga ditubuh, mempertahankan konsentrasi asam plasma dalam batas-batas fisiologis yang sempit. Untuk fungsi optimal dari sel-sel, proses metabolik mempertahankan keseimbangan mantap diantara asam-basa. pH arteri adalah pengukuran tak langsung terhadap konsentrasi ion hidrogen (H⁺). (mis, makin besar konsentrasi, makin asam larutan dan makin rendah pH; makin rendah konsentrasi, makin basa larutan dan makin tinggi pH) dan mencerminkan keseimbangan antara karbondioksida (CO2), yang diatur oleh paru-paru, dan bikarbonat (HCO₃ˉ), basa diatur oleh ginjal. CO2 terlarut dalam larutan untuk membentuk asam karbonat (H₂CO₃), yang merupakan kunci komponen asam dalam keseimbangan asam-basa. Karena H₂CO₃ sulit untuk diukur secara langsung dan CO2 serta H₂CO₃ dalam keseimbangan, maka komponen asam ditunjukkan sebagai CO2 ketimbang H₂CO₃. Rasio asam-basa normal adalah 1:20, menunjukkan satu bagian CO2 (potensial H₂CO₃) terhadap dua puluh bagian HCO₃ˉ. Jika keseimbangan ini berubah, maka terjadi kekacauan pH, (nilai rentang normal pH antara 7,35 – 7,45) ; jika terdapat ekstra asam atau terjadi kehilangan basa dan pH <7,40, maka terjadi asidosis; bila terdapat ekstra basa atau terjadi kehilangan asam dan pH >7,40, maka terjadi alkalosis.
Mekanisme ini sangat sensitif terhadap perubahan pH yang sangat kecil dan tubuh biasanya mempu mempertahankan pH tanpa intervensi dari luar, bila tidak mampu pada kadar normal, sedikitnya dalam batasan yang dapat menopang kelangsungan hidup.
pH adalah pencerminan rasio antara asam terhadap basa dalam cairan ekstrasel. pH dalam serum dapat diukur dengan menggunakan pH meter, atau dihitung dengan mengukur konsentrasi bikarbonat dan krbondioksida serum dan menempatkan nilai-nilainya ke dalam persamaan Henderson-Hasselbach seperti diperlihatkan dibawah ini : pH = pK + log HCO₃ˉ/ CO₂ Dalam persamaan ini, HCO₃ˉadalah konsentrasi bikarbonat dalam serum, dan CO₂ adalah konsentrasi CO₂ yang larut dalam serum. PK mengacu kepada logaritme negatif konstanta disosiasi, K. Kontansta disosiasi adalah nilai tetap untuk sistem bikarbonat-karbon dioksida pada suhu tubuh normal.
Nilai ini mencerminkan derajat disosiasi bikarbonat dan karbon dioksida untuk menerima atau memberikan sebuah ion hidrogen. Untuk sistem bikarbonat-karbon dioksida, pK adalah 6,1. pH mencerminkan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan. Semakin besar konsentrasi ion hidrogen, semakin tinggi keasaman suatu larutan dan semakin rendah pH-nya. Sebaliknya semakin tinggi pH, maka semakin rendah konsentrasi ion hidrogen-nya dan semakin basa larutannya. Contoh asam antara lain adalah zat-zat yang dicetak tebal dibawah ini, yang semuanya diperlihatkan dapat memberikan sebuah ion hidrogen : HCl ⇆ H⁺ + Clֿ H₂CO₃ ⇆ H⁺ + HCO₃ˉ Asam laktat ⇆ H⁺ + laktat NH₄ ⇆ H⁺ + NH₃ Suatu asam dapat kuat atau lemah, bergantung pada derajat penguraiannya untuk membebaskan ion hidrogen. Misalnya, hidrogen klorida (HCl) secara cepat dan total terurai menjadi ion hidrogen dan ion klorida sehingga dianggap asam kuat. Sebaliknya, hanya beberapa molekul asam laktat yang terurai menjadi ion hidrogen dan laktat sehingga asam laktat dianggap sebagai asam lemah. Tanda panah rangkap yang diperlihatkan pada setiap persamaan menandakan bahwa reaksi bersifat reversibel.
Basa adalah setiap bahan yang dapat menerima sebuah ion hidrogen, sehingga bahan tersebut dapat mengeluarkan ion hidrogen dari larutan. Pada setiap reaksi diatas yang memperlihatkan disosiasi (penguraian) suatu asam, bahan yang dihasilkan bersama ion hidrogen dianggap sebagai suatu basa. Karena msing-masing reaksi diatas bersifat reversibel, maka setiap bahan yang dihasilkan bersama ion hidrogen dapat menyatu kembali dengannya, sehingga bahan tersebut basa.
Reaksi-reaksi tersebut ditulis ulang, dengan basa dalam huruf tebal, seperti diperlihatkan dibawah ini : Clֿ + H⁺ ⇆ HCl HCO₃ˉ + H⁺ ⇆ H₂CO₃ Laktat + H⁺ ⇆ Asam laktat NH₃ + H⁺ ⇆ NH₄⁺ Suatu basa dapat lemah atau kuat, tergantung pada derajat penerimaan ion hidrogen. Sebagian besar asam dan basa yang terdapat didalam tubuh bersifat lemah.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep dasar keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa dalam tubuh.
2. Tujuan Khusus
a. Megetahui konsep dasar keseimbangn cairan elektrolit.
b. Megetahui konsep dasar keseimbangan asam basa.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keseimbangan Cairan Elektrolit
1. Pengertian
Cairan elektrolit adalah suatu cairan yang diperlukan dalam tubuh untuk menyeimbangkan menuju equilibrium.
2. Komposisi Cairan Elektrolit Normal
Dengan makan dan minum tubuh kita mendapat air, elektrolit, karbohidrat, lemak, vitamin dan zat-zat lainnya. Dalam waktu 24 jam jumlah air dan elektrolit yang masuk dan keluar melalui kemih, tinja, keringat dan uap pernapasan pada orang dewasa kira-kira sama seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.1 : Komposisi Cairan Elektrolit Normal
Masukan (ml per 24 jam)Keluaran (ml per 24 jam)Minum800 – 1700Urine600 – 1600Makan500 -1000Faeces50 – 200Oksidasi200 – 300IWL850 – 1200Jumlah1500 – 3000Jumlah1500 – 3000
3. Komposisi Cairan Tubuh
Kandungan air pada saat bayi lahir adalah sekitar 75% BB dan pada saat berusia 1 bulan sekitar 65% BB. Komposisi cairan pada tubuh dewasa pria adalah sekitar 60% BB, sedangkan pada dewasa wanita 50 % BB. Sisanya adalah zat padat seperti protein, lemak, karbohidrat, dll.
Air dalam tubuh berada di beberapa ruangan, yaitu intraseluler sebesar 40% dan ekstraseluler sebesar 20%. Cairan ekstraseluler merupakan cairan yang terdapat di ruang antarsel (interstitial) sebesar 15% dan plasma sebesar 5%. Cairan antarsel khusus disebut cairan transeluler misalnya cairan serebrospinal, cairan persendian, cairan peritoneum, dll.

4. Komposisi Elektrolit Cairan Intra dan Ekstraseluler
Air melintasi membran sel dengan mudah, tetapi zat-zat lain sulit melintasinya atau membutuhkan proses khusus supaya dapat melintasinya; oleh sebab itu komposisi elektrolit di luar dan di dalam sel berbeda. Cairan intraseluler banyak mengandung ion K, Mg dan fosfat; sedangkan cairan ekstraseluler banyak mengandung ion Na dan Cl.
Tabel 1.2 : Komposisi Elektrolit Cairan Intraseluler dan Ekstraseluler
CISCESPlasmaInterstitialNatrium15142144Kalium15044Calsium252,5Magnesium2731,5Clorida1103114HCO3102730HPO410022SO42011Asam organik-55
5. Gangguan Keseimbangan Cairan
Gangguan keseimbangan cairan akan terjadi dehidrasi dan syok hipovolemik dalam tubuh.

6. Gangguan Keseimbangan Elektrolit
a. Hiponatremia
1) Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (< 135 mEq/L) 2) Causa : CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison 3) Tanda dan Gejala : a) Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit kepala dan keram otot. b) Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi, kejang, disorientasi dan koma. c) Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit Addison). d) Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok seperti hipotensi dan takikardi. b. Hipernatremia 1) Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
2) Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
3) Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadap hipernatremia.

c. Hipokalemia
1) Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (< 3,5 mEq/L) 2) Etiologi : a) Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik, diare, sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar) b) Diuretik c) Asupan K+ yang tidak cukup dari diet d) Ekskresi berlebihan melalui ginjal e) Maldistribusi K+ f) Hiperaldosteron 3) Tanda dan Gejala : Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik, penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST. d. Hiperkalemia 1) Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
2) Etiologi :
a) Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat kalium, penghambat ACE.
b) Beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries), pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.
c) Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
d) Insufisiensi adrenal
e) Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket terlalu lama
f) Hipoaldosteron
3) Tanda dan Gejala : Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang, amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden.

e. Hipokalsemia
1) Etiologi :
a) Def.vit.D: makanan kurang lemak, sindrom malabsorbsi( gastrektomi, pankreatitis, obat pencahar), ggn.metab.vit.D (vit.D deficient Rickets= kel.otosomal resesif), renal insuf., ggn.fgs.hati, obat anti kejang
b) Hipoparatiroidism
c) Pseudohipoparatiroidism
d) Keganasan
e) Hipofosfatemia
2) Pengobatan : koreksi defisiensi dg kalsium iv( Ca.Gluconat/ klorida 10%) atau peroral (Ca.Gluconas/karbonat); dpt. Disertai pemberian vit.D dosis besar.

f. Hiperkalsemia
1) Etiologi:
a) Hiperparatiroidisme
b) Tumor ganas yg mengeluarkan PTH
c) Intoksikasi vit.D
d) Intoksikasi vit. A
e) Hipertiroid
f) Insufisiensi adrenal
g) Milk Alkali Syndrome: ok pemberian antasid disertai pemberian susu> pada ulkus peptikum atau pemberian tiasid lama bersama vit.D.
2) Pengobatan :
h) Fosfat: meningkatkan deposisi kalk tulang & menghambat resorbsi tulang; hati2 pada GGK
i) Indometasin : berguna pada hiperkalsemia akibat keganasan
j) Meningkatkan ekskresi dg. Lar. NaCl.
k) Diet rendah kalsium
l) hemodialisis

g. Hipofospatemia
1) Etiologi:
a) Antasid pengikat fosfat dosis besar
b) Luka bakar yg luas & berat
c) Diet rendah fosfat
d) Alkalosis respiratorik
e) Ketoasidosis diabetik
f) alkoholisme

2) Gejala :
a) Kerusakan eritrosit
b) Gangguan fungsi lekosit
c) Gangguan fungsi trombosit
d) Gangguan fingsi saraf pusat
e) Rabdomiolisis
3) Pengobatan : Pemberian garan fosfat peroral/intravena

h. Hiperfospatemia
1) Etiologi:
a) Pemberian fosfat> peroral/enema/ enteral, pada gagal ginjal akut/kronik
b) Pemberian sitostatik àsitolisis à fosfor keluar kedalam darah
2) Gejala: tetani ok penekanan kadar kalsium, pengendapan kalsium pd jar.lunak.

i. Hipomagnesemia
1) Etiologi:
a) Ggn.abs.: primer, steatorea, reseksi usus,
b) Alkoholism kronik
c) Ketoasidosis diabetik
d) Pemberian diuretik, sindr.Barter, SIADH, Hiperaldosteron, vit.D>, hiper PTH
2) Gejala : otot lemah, fasikulasi, tremor, tetani, tanda Chovstek, tanda Trosseau; gelisah, psikosis
3) Pengobatan : pemberian magnesium p.o/I.v

j. Hipermagnesemia
1) Etiologi : GGK atau insuf.hormon korteks adrenal
2) Gejala : ggn.saraf pusat& neuromusk. A.l. gangguan menelan, quadriplegi,ggn.bicara, kelumpuhan pernafasan
3) Pengobatan :
a) Pemberian kalsium 5-10 meq I.v
b) Diuretik bila fungsi ginjal baik
c) Hemodialisis

7. Penatalaksanaan Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
a. Terapi Cairan
1) Definisi : Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interiur dalam batas-batas fisiologis.
2) Indikasi, antara lain:
a) Kehilangan cairan tubuh akut
b) Kehilangan darah
c) Anoreksia
d) Kelainan saluran cerna
3) Teknik Pemberian
Prioritas utama dalam menggantikan volume cairan yang hilang adalah melalui rute enteral / fisiologis misalnya minum atau melalui NGT. Untuk pemberian terapi cairan dalam waktu singkat dapat digunakan vena-vena di punggung tangan, sekitar daerah pergelangan tangan, lengan bawah atau daerah cubiti. Pada anak kecil dan bayi sering digunakan daerah punggung kaki, depan mata kaki dalam atau kepala. Pemberian terapi cairan pada bayi baru lahir dapat dilakukan melalui vena umbilikalis.

Penggunaan jarum anti-karat atau kateter plastik anti trombogenik pada vena perifer biasanya perlu diganti setiap 1-3 hari untuk menghindari infeksi dan macetnya tetesan. Pemberian cairan infus lebih dari 3 hari sebaiknya menggunakan kateter besar dan panjang yang ditusukkan pada vena femoralis, vena cubiti, vena subclavia, vena jugularis eksterna atau interna yang ujungnya sedekat mungkin dengan atrium kanan atau di vena cava inferior atau superior.

b. Terapi Elektrolit
1) Hiponatremia
a) Penatalaksanaan :
• Atasi penyakit dasar.
• Hentikan setiap obat yang ikut menyebabkan hiponatremia.
• Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama secara perlahan-lahan, sedangkan hiponatremia akut lebih agresif. Hindari koreksi berlebihan karena dapat menyebabkan central pontine myelinolysis.
• Jangan naikkan Na serum lebih cepat dari 12 mEq/L dalam 24 jam pada pasien asimptomatik. Jika pasien simptomatik, bisa tingkatkan sebesar 1 sampai 1,5 mEq/L/jam sampai gejala mereda. Untuk menaikkan jumlah Na yang dibutuhkan untuk menaikkan Na serum sampai 125 mEq/L digunakan rumus :
Jumlah Na (mEq) = [125 mEq/L – Na serum aktual (mEq/L)] x TBW (dalam liter)
Catatan : TBW (Total Body Water) = 0,6 x BB (dalam kg)

• Larutan pengganti bisa berupa NaCl 3% atau 5% (masing-masing mengandung 0,51 mEq/ml dan 0,86 mEq/ml).
• Pada pasien dengan ekspansi cairan ekstrasel, mungkin dperlukan diuretic.
• Hiponatremia bisa dikoreksi dengan NaCl hipertonik (3%) dengan kecepatan kira-kira 1 mL/kg per jam.

2) Hipernatremia
a) Penatalaksanaan :
• Hipernatremia dengan deplesi volume harus diatasi dengan pemberian normal saline sampai hemodinamik stabil. Selanjutnya defisit air bisa dikoreksi dengan Dekstrosa 5% atau NaCl hipotonik.
• Hipernatremia dengan kelebihan volume diatasi dengan diuresis, atau jika perlu dengan dialisis. Kemudian Dekstrosa 5% diberikan untuk mengganti defisit air.
• Defisit air tubuh ditaksir sbb:
Defisit = air tubuh (TBW) yang dikehendaki (liter) – air tubuh skrg
Air tubuh yg dikehendaki = (Na serum yg diukur) x (air tubuh skrg/Na serum normal)
Air tubuh sekarang = 0,6 x BB sekarang (kg)
• Separuh dari defisit air yang dihitung harus diberikan dalam 24 jam pertama, dan sisa defisit dikoreksi dalam 1 atau 2 hari untuk menghindari edema serebral.

3) Hipokalemia
Penatalaksanaan :
• Defisit kalium sukar atau tidak mungkin dikoreksi jika ada hipomagnesia. Ini sering terjadi pada penggunaan diuretik boros kalium. Magnesium harus diganti jika kadar serum rendah.
• Terapi oral. Suplementasi K+ (20 mEq KCl) harus diberikan pada awal terapi diuretik. Cek ulang kadar K+ 2 sampai 4 minggu setelah suplementasi dimulai.
• Terapi intravena harus digunakan untuk hipokalemia berat dan pada pasien yang tidak tahan dengan suplementasi oral. Dengan kecepatan pemberian sbb:
• Jika kadar K+ serum > 2,4 mEq/L dan tidak ada kelainan EKG, K+ bisa diberikan dengan kecepatan 0 sampai 20 mEq/jam dengan pemberian maksimum 200 mEq per hari.
• Pada anak 0,5-1 mEq/kgBB/dosis dalam 1 jam. Dosis tidak boleh melebihi dosis maksimum dewasa.

4) Hiperkalemia
Penatalaksanaan :
• Pemantauan EKG kontinyu dianjurkan jika ada kelainan EKG atau jika kalium serum > 7 mEq/L
• Kalsium glukonat dapat diberikan iv sebagai 10 ml larutan 10% selama 10 menit untuk menstabilkan myocard dan sistem konduksi jantung
• Natrium bikarbonat membuat darah menjadi alkali dan menyebabkan kalium berpindah dari ekstra ke intraseluler. Bic nat diberikan sebanyak 40 sampai 150 mEq NaHCO3 iv selama 30 menit atau sebagai bolus iv pada kedaruratan
• Insulin menyebabkan perpindahan kalium dari cairan ekstraseluler ke intraseluler. 5 sampai 10 unit regular insulin sebaiknya diberikan dengan 1 ampul glukosa 50% iv selama 5 menit
• Dialisis mungkin dibutuhkan pada kasus hiperkalemia berat dan refrakter
• Pembatasan kalium diindikasikan pada stadium lanjut gagal ginjal (GFR < 15 ml/menit)

B. Keseimbangan Asam Basa
1. Pengertian
Keseimbangan asam basa adalah sangat penting untuk menjaga fungsi organ tubuh dan diatur oleh ginjal dan paru.

2. Derajat Keasaman
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya. Satuan derajat keasaman adalah pH. Klasifikasi pH :
a) pH 7,0 adalah netral
b) pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)
c) pH dibawah 7,0 adalah asam
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki pH antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.

3. Menkanisme Pengendalian Asam Basa
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah
a) Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
b) Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
c) Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan.
Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Nilai pH dapat dilihat dari darah arterial dengan rentang normal 7,35-7,45.

Harga normal hasil pemeriksaan laboratorium analisis gas darah adalah sbb:
1) pH 7,35-7,45
2) pO2 80-100 mmHg
3) pCO2 35-45 mmHg
4) [HCO3-] 21-25 mmol/L
5) Base excess -2 s/d +2
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, dapat menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.

4. Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam keseimbangan asam basa adalah :
a) Konsentrasi ion hidrogen [H+]
b) Konsentrasi ion bikarbonat [HCO3-]
c) pCO2
Berikut perbandingan peranan masing-masing faktor dalam diagnosis gangguan asam basa :
Asidosis : Bila konsentrasi H+ meningkat, maka pH turun
Alkalosis : Bila konsentrasi H+ turun, maka pH naik
Catatan :
a) Bila HCO3- berubah secara signifikan dalam kondisi tersebut, disebut suatu keadaan metabolic.
b) Bila pCO2 berubah secara signifikan dalam kondisi tersebut, disebut suatu keadaan respiratorik.
Dari konsep tersebut, didapatkan empat kondisi, yaitu :
1. Asidosis metabolic
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
a. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol). Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
b. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu di antaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
c. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis (ATR) atau rhenal tubular acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam. Penyebab utama dari asidois metabolik:
a) Gagal ginjal
b) Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
c) Ketoasidosis diabetikum
d) Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
e) Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
f) Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, ileostomi atau kolostomi.

2. Asidosis respiratorik
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam. Penyebab : Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat.
Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
a.Emfisema
b.Bronkitis kronis
c.Pneumonia berat
d.Edema pulmoner
e.Asma.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.

3. Alkalosis metabolic
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat. Penyebab : Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah. Penyebab utama akalosis metabolik:
a. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
b. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
c. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).

4. Alkalosis respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
Penyebab : Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
a. Rasa nyeri
b. Sirosis hati
c. Kadar oksigen darah yang rendah
d. Demam dan operdosis aspirin
Pengobatan :
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri. Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan sajian materi diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Keseimbangan cairan elektrolit adalah suatu cairan yang diperlukan dalam tubuh untuk menyeimbangkan menuju equilibrium/fluid balance.
2. Keseimbangan asam basa adalah sangat penting untuk menjaga fungsi organ tubuh dan diatur oleh ginjal dan paru.
3. Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
4. Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
5. Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme yang serius. Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya.
6. Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.

B. Saran-saran
1. Bagi perawat
Makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam memberikan asuhan klien dengan kebutuhan khusus.
2. Bagi pembaca
Makalah ini diharapakan dapat menambah wawasan bagi para pembaca budiman.

DAFTAR PUSTAKA


Potter & Perry, 2005., Fundamental Keperawatan Edisi 4., Jakarta : EGC.

Almatsier, S, 2003., Prinsip Dasar Ilmu Gizi., Jakarta : Gramedia

http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/17/konsep-asam-basa (Dilihat tanggal 20 September 2011, pukul 09.00 wib)

http://www.campur-aduk.com/2010/01/sekilas-tentang-keseimbangan-asam-basa/ (Dilihat tanggal 20 September 2011, pukul 09.00 wib)

http://id.wikipedia.org/wiki/Asam/ (Dilihat tanggal 20 September 2011, pukul 09.00 wib)

www.mayoclinic.com/(Dilihat tanggal 20 September 2011, pukul 10.00 wib)

www.uwsp.edu/(Dilihat tanggal 20 September 2011, pukul 10.00 wib)

www.ann.com.au/(Dilihat tanggal 20 September 2011, pukul 11.00 wib)

http://cats.med.uvm.edu/(Dilihat tanggal 20 September 2011, pukul 11.00 wib)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar