Jumat, 18 November 2011

Ginjal Ku

A. DEFINISI GINJAL
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak (sangat vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah “menyaring/membersihkan” darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari.

B. FUNGSI GINJAL
Ginjal berperan dalam dalam homeostasis secara lebih ekstensif dibandingkan dengan organ-organ lain. Ginjal mengatur komposisi elektrolit, volume, dan pH lingkungan internal dan mengeliminasi semua zat sisa metabolism tubuh, kecuali CO2 yang dikeluarkan oleh system pernapasan. Ginjal melaksanakan fungsi pengaturan ini dengan mengeliminasi zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh melalui urine, misalnya zat sisa metabolism dan kelebihan garam atau air, sementara menahan zat yang bermanfaat bagi tubuh. Organ ini juga mampu mempertahankan kontituen-konstituen plasma yang konsentrasinya dijaga dalam rentang sempit agar tidak mengganggu kehidupan, walaupun pemasukan dan pengeluaran konstituen-konstituen tersebut dari jalan yang bervariasi.
Fungsi Ginjal antaran lain:
1. Fungsi Regulasi
a. Ginjal mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar elektrolit CES, termasuk elektrolit-elektrolit yang penting untuk mengatur eksitabilitas neuromuskulus.
b. Ginjal berperan mempertahankan pH yang sesuai dengan mengeliminasi kelebihan H+ (asam) atau HCO3- (basa) dalam urin.
c. Ginjal membantu mempertahankan volume plasma yang sesuai, yang penting untuk pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri, dengan mengontrol keseimbangan garam dalam tubuh. Volume CES, termasuk beban garam total dalam CES, karena Na+ dan anion penyerta Cl- merupakan penentu lebih dari 90% aktivitas osmotic (menahan air) CES.
d. Ginjal mempertahankan keseimbangan air dalam dalam tubuh, yang penting untuk mempertahankan tekanan osmolaritas (konsentrasi zat terlarut) CES yang sesuai. Peran ini penting untuk mempertahankan stabilitas volume sel dengan mencegah sel membengkak atau menciut akibat masuk atau keluarnya air secara osmosis, berturut-turut.
2. Fungsi Ekskresi
a. Ginjal mengekskresikan produk-produk akhir metabolism dalam urin. Zat-zat sisa ini bersifat toksik bagi tubuh apabila tertimbun.
b. Ginjal mengekskresikan juga banyak senyawa asing yang masuk ke dalam tubuh.
3. Fungsi Hormonal
a. Ginjal mensekresikan eritropoitin, hormone yang merangsang produksi sel darah merah oleh sum-sum tulang. Fungsi ini berperan dalam homeostasis dengan membantu mempertahankan kandungan O2 yang optimal di dalam darah. Lebih dari 98% O2 dalam darah terikat ke hemoglobin di dalam sel darah merah.
b. Ginjal juga mensekresikan rennin, hormone yang mengawali jalur rennin - angiotensin – aldosteron untuk mengontrol reabsorpsi Na+ oleh tubulus, yang penting dalam pemeliharaan jangka panjang volume plasma dan tekanan darah arteri. Ketika tekanan darah turun, renin yang dilepaskan sel-sel ginjal tertentu dan angiotensinogen yang dilepaskan di hati bertemu dan menyatu, bagaikan dua keping lego yang sejoli. Setelah penyatuan ini suatu enzim yang disebut ACE membentuk sebuah molekul yang disebut angiotensin 2. Molekul ini menyempitkan pembuluh darah dan memastikan pelepasan aldosteron di dalam ginjal. Hormon ini menyebabkan ginjal menyerap jauh lebih banyak cairan dari air seni. Rantai kerja ini menyesuaikan dengan tekanan darah, menaikkannya ke tingkat pas.

4. Fungsi Metabolisme
Ginjal membantu mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya. Vitamin D penting untuk penyerapan Ca++ dari saluran pencernaan. Kalsium sebaliknya memiliki banyak fungsi homeostatic.

C. PROSES PEMBENTUKAN URINE
1. Filtrasi Glomerular
Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti kapiler tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein plasma yang besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowman’s disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula bowman’s, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowman’s serta tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan koloid diatas namun juga oleh permeabilitas dinding kapiler.

Filtrasi glomerolus terjadi dengan cara yang hamper cepat sama serperti merembasnya cairan dari setiap kapiler bertekanan tinggi didalam tubuh. Tekanan didalam kapiler menyebabkan filtrasi cairan ,melalui membrane kapiler ke dalam kapsula bowman. Sebaliknya, tekanan kosmotok koloid ke dalam darah dan tekanan didalam kapsula bowman menentang filtrasi tersebut.
Tekanan Glomerulus sekitar 60 mmHg, dan tekanan kapsula bowman sebesar 18 mmHg. Kira-kira seperlima plasma merembes kedalam kapsula paoman, konsentrasi proteinnya meningkat sekitar 20 persen ketika darah tersebutv mengalir dari ujung arteri ke ujung vena kapiler glomerolus. Jika tekanan kosmotik koloid normal dari darah yang memeasuki kapiler tersebut 28 mmHg, akan meningkat menjadi kira-kira 38 mmHg pada saat darah mencapai ujung vena kapiler tersebut, dan tekanan osmotic koloid sekitar rata-rata 32 mmHg.
Factor-faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus:
a. Tekanan Arteri
Bila tekanan arteri meningkat, maka tekanan pada glomerulus meningkat sehingga GFR juga meningkat. Tetapi peningkatan filtrasi tak sebesardiperkirakan karena arterinya secara otomatis diatur oleh aurtoregulasi untuk menjaga glomerulus dari peningkatan sebanyak yang terjadi yang lain.
b. Efek konstrikasi arteriol aferen pada laju filtrasi glomerulus Konstresi aferen menurunkan kecepatan aliran darah kedalam darah kedalam glomerolus dan juga menurunkan tekanan glomerulus. Akibatnya adanya penurunan filtrasi glomerulus.
c. Efek Konstriksi Arterial Eferen
Konstriksi arterial eferen meningkatkan tahanan terhadap aliran keluar dari glomerulus. Ini tentu saja meningkatkan tekanan glomerulus dan biasanya meningkatkan laju filtrasi glomerulus. Jika penyempitan arteriol besar dan aliran darah sangat terhalang maka laju filtrasi glomerulus akan menurun.
d. Efek Aliran Darah Glomerulus Atas Laju Filtrasi Glomerulus
Bila arterior aferen dan eferen berkonstriksi, maka jumlah darah yang mengalir ke glomerulus tiap menitnya akan menurun. Kemudian cairan di filtrasi melalui glomerulus-glomerulus maka konsentrasi protein plasma dan tekanan kosmoid plasma didalam glomerulus akan meningkat. Sebaliknya hal ini kan melawan filtrasi. Sehingga bila aliran darah glomerulus turun secara bermakna dibawah yang normal, maka laju filtrasi glomerulus mungkin menjadi tertekan secara serius walaupun tekanan glomerulus tinggi.

2. Reabsorpsi Tubulus
Proses reabsorbsi adalah terjadinya penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, natrium, klorida, fosfat dan ion bikarbonat. Proses ini terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorbsi yang terjadi pada tubulus atas. Dalam tubulus ginjal, cairan filtrasi dipekatkan dan zat yang penting bagi tubuh direabsorbsi. Kegiatan ini banyak dipengaruhi oleh hormon-hormon dan zat-zat yang direarbsorbsi berubah sesuai dengan keperluan tubuh setiap saat.
a. Air diserap dalam jumlah yang banyak
b. Zat esensial yang mutlak diperlukan, misalnya glukosa, NaCl, dan garam-garam direarbsorbsi dengan sempurna ke dalam kapiler peritubular, kecuali kadarnya melebihi ambang ginjal, yaitu batas kadar tertinggi suatu zat dalam darah yang apabila dilampaui menyebabkan ekskresi zat tersebut masuk ke dalam urine
c. Zat yang sebagian diabsorbsi sel-sel tubulus bila diperlukan, misalnya kalium.
d. Zat-zat yang hanya diabsorbsi dalam jumlah kecil dari hasil metabolisme misalnya ureum, fosfat, asam urat.
e. Zat sama sekali tidak diabsorbsi bahkan tidak dapat disekresi oleh sel tubulus, misalnya kreatinin.
Jumlah total air yang diabsorbsi lebih kurang 120 ml / menit, 70-80 % diabsorbsi oleh tubulus proksimal dan disebut juga reabsorbsi air obligatori, sisanya 20-30 % diabsorbsi secara fakultativ dengan bantuan hormon vasoprevesin, yaitu ADH (AntiDiuretik Hormon) di tubulus distal. Sebagian kecil sisanya diabsorbsi pada duktus koligen, yaitu saluran tempat bermuaranya tubulus distal.

3. Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen.
Mekanisme sekresi tubular adalah proses aktif yang memindahkan zat keluar dari darah dalam kapilar peritubular melewati sel-sel tubular menuju cairan tubular untuk dikeluarkan dalam urine.
a. Zat-zat seperti ion hidrogen, kalium, dan amonium, produk akhir metabolik kreatinin dan asam hipurat serta obat-obatan tertentu (penisilin) secara aktif di sekresi ke dalam tubulus.
b. Ion hidrogen dan amonium diganti dengan ion natrium dalam tubulus kontortus distal dan tubulus pengumpul. Sekresi tubular yang selektif terhadap ion hidrogen dan amonium membantu dalam pengaturan PH plasma dan keseimbangan asam basa cairan tubuh.
c. Sekresi tubular merupakan suatu mekanisme yang penting untuk mengeluarkan zat-zat kimia asing atau tidak diinginkan.

D. PROSES MIKSI
Pertambahan volume urine → tekanan intra vesicalis ↑ → keregangan dinding vesicalis (m.detrusor) → sinyal-sinyal miksi ke pusat saraf lebih tinggi (pusat kencing) → untuk diteruskan kembali ke saraf saraf spinal → timbul refleks spinal → melalui n. Pelvicus → timbul perasaan tegang pada vesica urinaria sehingga akibatnya menimbulkan permulaan perasaan ingin berkemih. Refleks miksi dapat mulai terjadi pd keadaan dimana volume urine kandung kencing sekitar 200-400 cc. Tetapi kadang-kadang, keinginan untuk miksi dapat terjadi walaupun urine dalam kandung kencing blm mencapai 200-400 cc. Misalnya : oleh karena pengaruh psihis ( kejiwaan ).

E. KOMPOSISI URINE
1. Komponen Organik
Yang menarik perhatian pada ekskresi komponen organik adalah senyawa yang mengandung nitrogen. Urea, yang disintesis dalam hati adalah bentuk ekskresi nitrogen yang berasal dari protein dan asam amino. Konsentrasinya mencerminkan metabolisme protein.; 70 g protein menyebabkan pembentukan kira-kira 30 g urea. Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purin.. kreatinin, yang dibentuk dari keatin melalui siklisasi spontan dan ireversibel, berasal dari metabolisme otot. Karena jumlah kreatinin yang dikeluarkan setiap hari setiap individu adalah konstan, berbanding langsung dengan massa otot. Kreatinin dapat digunakan sebagai ukuran kuantitatif untuk komponen-komponen urin lainnya. Jumlah asam amino yang dikeluarkan secara bebas sangat tergantung dari makanan dan kemampuan kerja hati. Derivat asama amino juga muncul dalam urin (misalnya hipurat). Asam amino dimodifikasi, yang terdapat pada protein-protein khusus misalnya hidroksiprolin dalam kolagen atau 3-metilhistidin di dalam aktin dan miosin, dapat berfungsi sebagai indikator dari pemecahan protein-protein ini.
Konjugat dengan asam belerang asam glukuronat, glisin dan senyawa-senyawa polar lainnya, yang terbentuk di dalam hati melalui biotransformasi adalah komponen lainnya dari urin. Metabolit dari banyak hormon (katekolamin, steroid, serotonin) muncul juga dalam urin dan memberi informasi mengenai produksi hormon. Suatu proteohormon, yaitu koriogonadotropin (hCG; M kira-kira 37 kDa) yang terbentuk pada awal kehamilan dan masuk ke dalam darah, terdapat dalam urin karena ukurannya yang kecil. Hal ini dipakai sebagai prinsip dasar suatu pemeriksaan kehamilan secara imunologik.
Warna kuning urin disebabkan oleh urokrom yaitu famili zat empedu yang terbentuk pada pemecahan hemoglobin. Bila dibiarkan dalam udara terbuka, urokrom dapat teroksidasi, sehingga urin dapat menjadi berwarna kuning tua.

2. Komponen anorganik
Di dalam urin terdapat kation Na+, K+, Ca2+, Mg2+, dan NH4+, demikian juga anion Cl-, SO42- dan HPO42-, selain ion –ion lainnya dalam jumlah kecil. Jumlah komponen anorganik ditentukan oleh komposisi bahan makanan.pada keadaan asidosis, ekskresi amoniak dapat sangat meningkat. Ekskresi dari banyak ion-ion berada dibawah kontrol hormon.


DAFTAR PUSTAKA

Sherwood, Lauralee, 2001, FISIOLOGI MANUSIA DARI SEL KE SISTEM, Jakarta : EGC
http://www.Indonesiaindonesia.com/f/12847-kelainan-kelenjar-adrenal/
http://www.irwanashari.com/559/mekanisme-pembentukan-urine-2.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar