By : RIO
Angina pektoris adalah keadaan penderita Penyakit Jantung
Koroner dengan keluhan nyeri dada (di daerah sternal dan
precordial yang disebabkan karena gangguan peredaran darah
koroner sehingga pada suatu saat atau pada keadaan tertentu
tidak mencukupi keperluan metabolisme miokard karena
meningkatnya kebutuhan oksigen dan bila kebutuhan oksigen
tersebut, menurun kembali maka keluhan nyeri dada tersebut
akan hilang.
Dari segi sejarah Ilmu Kedokteran ada baiknya dicatat disini
bahwa : Angina pektoris telah dikenal dan telah digambarkan
oleh Dr. William Heberden sejak lebih dari 200 tahun yang lalu
(tahun 1768) sebagai berikut :
“There is a disorder of the breast, marked with strong and
peculiar symptoms, considerable for the kind of danger belonging
to it, and not extremely rare. The seat of it, and sense
of strangling and anxiety with which it is attended, may make it
not improperly be called Angina Pectoris.
Those who are afflicted with it are seized, while they are walking,
and more particularly when they walk soon after eating,
with a painful and, most disagreeable sensation in the breast,
which seems as if it would take their life away, if it were to
increase or to continue : the moment they stand still all this
uneasiness vanishes. In all other respects, the patients are, at
the beginning of this disorder, perfectly well, and in particular
have no shortness of breath, from which it is totaly different
and it will come on, not only when the persons are walking but
when they are lying down, and oblige them to rise up out of
their beds every night for many months togeher: and in one or
two very inveterbrate cases it has been brought on … even by
swallowing, coughing, going to stool, or speaking, or by any
disturbance of mind …_ this complaint was greatest in winter;
another, that it was aggravated by warm weather … “
Dari catatan sejarah ini ternyata pengertian angina pektoris
dalam kurun waktu lebih dari 2 abad tidak banyak berbeda.
Pada masa kini dasar pengertian dari angina pektoris lebih
mendapat uraian yang luas dan mendalam.
Angina pektoris dapat merupakan manifestasi klinis yang
awal dari penyakit iskemia jantung yang sebagian besar disebabkan
karena gangguan pada sirkulasi koroner akibat atherosclerosis
pada arteria koronaria sehingga suplai darah yang
membawa oksigen dan metabolit ke dalam miokard sewaktuwaktu
tidak mencukupi keperluan metabolisme miokard yang
berubah-ubah.
Angina pektoris dapat diartikan sebagai manifestasi klinis dari
tidak adanya keseimbangan antara suplai dan keperluan aliran
darah koroner ke dalam miokard, keadaan ini dapat disebabkan
karena :
1. suplai yang berkurang karena hambatan aliran darah koroner
(sclerosis arteri koronaria, spasme arteri koronaria);
2. kebutuhan akan aliran darah koroner meningkat karena beban
kerja jantung lebih berat (misalnya pada aortic stenosis).
Dalam beberapa keadaan yang jarang terjadi, Angina pectoris
dapat terjadi tanpa ada kelainan dari arteri koronaria (angina
pectoris dengan arteri koronaria yang normal).
Iskemia miokard akan terjadi bila kebutuhan oksigen melampaui
suplai oksigen. Bila suplai 02 pada miokard mencukupi
kebutuhan 02 untuk metabolisme maka fungsi miokard akan
normal.
A). Faktor-faktor yang turut menentukan besarnya kebutuhan 02
miokard :
1. frekuensi denyut jantung per menit.
2. tegangan dinding ventrikel (berbanding langsung dengan
radius ventrikel dan tekanan sistolik dalam ventrikel,
akan tetapi berbanding terbalik dengan tebalnya dinding
ventrikel).
3. kekuatan kontraksi dari ventrikel (contractility).
B). Suplai 02 tergantung juga dari aliran darah koroner yang
mana aliran ini juga ditentukan oleh faktor-faktor :
1. tahanan vaskular dalam pembuluh darah koroner
2. diameter dari lumen arteri koronaria bagian proksimal
3. perbedaan antara tekanan diastolis sistemik dan tekanan
akhir diastolis dalam ventrikel.
4. frekuensi dari denyut jantung per menit
5. kadar oksigen dalam darah arteri koronaria (yang juga
tergantung dari kadar haemoglobin darah, saturasi
oksigen darah).
Diagnosis angina pektoris terutama berdasarkan pada anamnesa
yang dapat memberi data informasi tentang keluhan dari
sipenderita dengan penyakit jantung koroner. Informasi yang
penting dalam anamnesa harus meliputi :
1. Lokasi dari perasaan nyeri. Sedapat mungkin anamnesa dapat
memberi gambaran lokasi tertentu dari perasaan nyeridada
serta penjalaran dari rasa nyeri tersebut. Lokasi yang khas
dari nyeri dada pada angina pektoris adalah di daerah stern
al/mid sternal atau di daerah precordial. Kadang-kadang juga
rasa nyeri tersebut melintang di bagian dada tengah kekiri
dan kekanan. Rasa nyeri dada tersebut seringkali menjalar
melalui bahu kiri, turun ke lengan kiri di bagian ulnar sampai
ke daerah pergelangan tangan.
2. Karakteristik dan rasa nyeri perlu diperhatikan. Tiap penderita
dengan angina mungkin sekali akan melukiskan rasa nyeri
dengan ungkapan yang berbeda-beda secara subyektif,
misalnya perasaan nyeri dan berat di dada atau perasaan dada
seperti ditekan atau seperti dihimpit dan sebagainya.
3. Mulai dan saat waktu timbulnya perasaan nyeri dada tersebut
serta pencetus timbulnya nyeri dada perlu diungkapkan.
Misalnya seringkali nyeri dada timbul waktu sedang
melakukan kerja fisik tertentu, atau keadaan emosionil.
Kadang-kadang nyeri dada tercetus sesudah makan banyak.
Nyeri dada pada angina pektoris lebih mudah timbul pada
cuaca dingin.
4. Lama dan beratnya rasa nyeri dada perlu juga diketahui untuk
menilai berat ringannya dan perkembangan dari gangguan
sirkulasi koroner serta akibatnya.
5. Keadaan yang memberatkan rasa nyeri, misalnya kurangnya
istirahat atau keadaan yang sangat letih, iklim dan cuaca
dingin kadang-kadang terungkapkan dalam anamnesa.
6. Keadaan-keadaan yang dapat menghentikan perasaan nyeri
dada tersebut misalnya dengan istirahat, rasa nyeri hilang
dengan spontan atau rasa nyeri hilang juga bila ia mengisap
tablet nitro-glycerine di bawah lidah.
7. Tanda-tanda keluhan lain yang menyertai keluhan-keluhan
nyeri dada, misalnya: lemas-lemas dan keringat dingin,
perasaan tidak enak dan lain-lain, perlu mendapat perhatian
dalam anamnesa, karena hal-hal keadaan ini turut menggambarkan
berat ringannya gangguan pada sistim kardiovaskuler.
Sebagian besar penderita dengan angina pektoris datang pada
keadaan di luar serangan dimana keluhan-keluhan nyeri dada
tidak ada, dan sipenderita tampak dalam keadaan umum yang
baik. Dalam hal ini bila dari anamnesa terdapat stigmata dan
data-data yang mengungkapkan kemungkinan adanya angina
pektoris maka dapatlah diusahakan test provokasi untuk memas-
4 Cermin Dania Kedokteran No. 31
tikan adanya sesuatu serangan angina pektoris dengan beban
kerja (exercise induced myocardiac ischaemic pain). Standard
exercise stress test dapat menyebabkan timbulnya serangan
angina atau gejala-gejala yang sejenis lain, misalnya: gangguan
irama jantung (cardiac arrhythmia). Double master test, treadmill
test atau stationary bicycle test cukup baik untuk keperluan
diagnosa angina pektoris.
Perubahan EKG yang berupa depresi segmen S—T sebesar
0.5—1 mm atau lebih pada waktu atau segera sesudah melakukan
test exercise tersebut menunjukkan adanya iskemia subendocardiac.
Dalam keadaan istirahat penuh, EKG tampak selalu
normal kembali (kecuali penderita yang pernah mendapat
serangan infark jantung). Elevasi segmen ST dapat disebabkan
oleh adanya iskemia transmural pada miokard. Angina pektoris
sebagai sindroma Minis dapat terjadi dalam tipe stable dan tipe
unstable (stable angina pectoris and unstable angina pectoris).
Stable angina pectoris menunjukkan adanya keluhan angina
pektoris dengan pola yang tetap sama pada tingkat kerja fisik
tertentu sehingga biasanya dapat diduga kapan dan pada waktu
bagaimana serangan angina pektoris tersebut, akan timbul dan
akan hilang kembali. Sedangkan unstable angina pektoris
menggambarkan keadaan nyeri dada dengan pola keluhan yang
makin lama makin berat dan bahkan mungkin menjurus pada
angina pektoris yang timbul pada waktu kerja minimal atau pada
waktu istirahat dan mungkin memerrukan tablet nitroglycerin
makin banyak untuk menghilangkan serangan angina pektoris.
Penderita dengan unstable angina mempunyai risiko yang lebih
besar untuk terjadinya infark miokard.
Pemeriksaan fisik pada penderita dengan angina pektoris
diluar serangan hampir selalu tidak ditemukan kelainan-kelainan
fisik. Pada waktu serangan nyeri dada mungkin dapat ditemukan
adanya bunyi jantung ke—4 (S4) yang akan menandakan
adanya gangguan dari daya pompa dari ventrikel kiri.
Elektrokardiogram diluar serangan angina pektoris seringkali
menggambarkan EKG yang normal, kecuali pada penderita
yang pernah mempunyai riwayat infark miokard yang sudah
lama. Pada umumnya perubahan EKG yang terjadi pada waktu
serangan (bila penderita dimonitor EKG) akan tampak adanya
depresi segmen ST dan perubahan tersebut, akan hilang lagi
serta EKG menjadi normal sesudah meredanya keluhan angina
pektoris.
Kira-kira 60—80% penderita dengan penyakit jantung koroner
menunjukkan perubahan-perubahan tersebut, diatas pada
bicycle exercise atau treadmill test yang maximal.
Pemeriksaan rontgen dada tidak menunjukkan kelainan khas
angina pektoris, baik pada waktu serangan ataupun di luar
serangan.
Pemeriksaan kadar serum transaminase (SGPT, LDH, CPKtotal
dan CK—MB) tidak mengalami perubahan pada angina
pektoris.
Echo-kardiografi jarang sekali dapat menggambarkan kelainan
yangberkenaan dengan serangan angina pektoris, hanya
kadang-kadang pada serangan angina pektoris dapat ditemukan
adanya tanda-tanda berkurangnya kontraktilitas dari bagian
miokard yang iskemia ataupun mungkin juga dapat dilihat
Cermin Dania Kedokteran No. 31 5
bahwa gerakan terbukanya daun katup mitral anterior lebih
lambat yang menandakan adanya gangguan pada kontraksi
ventrikel kiri.
Pemeriksaan penyadapan jantung (cardiac catherizarion)
untuk menilai keadaan hemodinamik pada waktu serangan
angina pektoris dapat menunjukkan kenaikan tekanan akhir
diatolik dari ventrikel kin yang juga menunjukkan adanya
gangguan pada kontraktilitas ventrikel kiri.
Demildan pula dengan mengukur kadar asam laktat dan
asam pirurat dalam darah yang disadap dari sinus coronarius
akan menunjukkan kadar yang meninggi, dan keadaan ini
menunjukkan pula meningkatnya metabolisme anerobik dalam
miokard yang sering terjadi pada miokard yang mengalami
keadaan anoxia.
Gambaran ventrikulografi dari ventrikel kiri waktu serangan
angina pektoris mungkin pula dapat menunjukkan adanya bagian
dari dinding ventrikel yang mengalami hambatan pada kontraksi
pada waktu sistole.
Angiografi koroner dapat menunjukkan adanya penyempitan
pada lumen arteri koronaria bagian proximal yang cukup
bermakna (lebih dari 50%) pada penderita angina pektoris. Pada
beberapa penderita angina pektoris seringkali didapat gambaran
angiografi koroner yang masih normal walaupun exercise test
menunjukkan respons iskemia yang positif. Sebagian dari kasus
angina pektoris tipe Prinzmetal seringkali tidak menunjukkan
kelainan pada angiografi koroner, dalam hal ini gangguan
sirkulasi koroner disebabkan semata-mata oleh spasme arteri
koronaria.
Pemeriksaan dengan radionuclide (isotop thallium) exercise
test mempunyai gambaran specifisitas dan sensitivitas yang lebih
baik, dengan demikian scintigraphy sesudah exercise test pada
penderita dengan angina pektoris akan menunjukkan bagianbagian
miokard yang tidak menyerap isotop yang juga
menunjukkan bagian-bagian miokard yang terkena keadaan
iskemia.
Diagnosa angina pektoris dapat ditujukan pada :
1. Penderita dengan usia di atas 50 tahun dengan keluhan nyeri
dada yang khas untuk angina pektoris dan disertai sekurangkurangnya
satu faktor risiko utama untuk penyakit jantung
koroner (merokok, hypertensi, hypercholesterolemia, diabetes
mellitus, anamnesa famili yang nyata, adanya penyakit
jantung koroner dalam keluarga ) dan nyeri dada hilang
dengan pemberian obat preparat nitro.
2. Penderita dengan angina pektoris yang khas disertai sekurangkurangnya
satu faktor risiko utama, dan menunjukkan hasil
exercise test yang positif, disamping itu pula keluhan nyeri
dada sembuh dengan obat preparat nitroglycerine.
3. Penderita dengan keluhan nyeri dada yang tidak khas (atypical
chestpain) yang menunjukkan hasil positif pada exercise test
dan pada angiografi menggambarkan adanya penyempitan
lebih dari 50% dari diameter lumen dari salah satu cabang
utama arteri koronaria (arteria koronaria kanan, arteria
koronaria kiri dengan cabang-cabangnya art. descendence
anterior kiri dan art. circumflex kiri).
4. Penderita dengan angina yang berat (unstable angina)
yang timbul pada kerja fisik yang ringan tidak boleh dilakukan
programmed exercise test. Diagnosa angina pektoris
dalam kasus ini, didasarkan pada anamnesa yang khas,
EKG dengan depresi segmen S—T pada serangan angina, dan
rasa nyeri dada dapat dicegah atau hilang dengan obatobat
nitrate.
5. Penderita dengan riwayat angina yang khas yang dapat
dikurangi nyeri dadanya dengan obat-obat nitrat dan pada
arteriografi koroner menunjukkan adanya penyempitan
lebih dari 50% pada salah satu arteria koronaria utama.
(Catatan: pada angina pektoris tidak/belum ada kenaikan
dari kadar enzim-enzim CK—total, CK—BM, LDH dan
SGOT).
Gambaran penderita dengan keluhan nyeri dada dengan tangan kiri yang
digenggamkan diatas daerah sternal.
Diagnose diferensial dari angina pektoris :
Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan keluhan nyeri
dada selain dari penyakit jantung koroner adalah :
— nyeri yang berasal dari otot dinding thorax (neuromusculardisorders)
— Costo chondritis pada dinding dada (sindroma Tietze)
— Splenic-flexure syndrome
— fraktur tulang rusuk
— herpes zoster
— aneurysma aorta disectans
— pleuro pneumonia
— etelectosis
— pneumo thorax spontan
— emboli paru-paru
— malignancy pada paru-paru
— pericarditis
— prolaps katup mitral
— hypertensi pulmonal
— cardiomyopathia
— idiopathic hypertrophic subaortic stenosis
— stenosis katup aorta
— spasme oesophagus atau spasme cardia lambung
— hernia hiatus
— ulcus pepticum yang actif
— cholecystitis
— pancreatitis
— abses subdiaphragmatic
— kekhawatiran yang psychogenic (cardiac neurosis).
Pengobatan Angina Pektoris.
Pada serangan angina dapat diberikan tablet nitroglycerine
5 mg subligual untuk diisap di bawah lidah. Dapat jugs
dipertimbangkan pemakaian obat secara ini untuk profilaksis
terhadap serangan bila pada keadaan tertentu dapat diduga
bahwa serangan angina akan timbul. Dengan demikian
dianjurkan pad a penderita dengan angina pektoris agar selalu
membawa tablet nitroglycerine sublingual.
Faktor-faktor yang memberatkan kerja jantung (meningkatkan
kebutuhan oksigen miokard), sedapat mungkin harus
dihindari dan bila mungkin diperbaiki, misalnya hipertensi,
obesitas dan kerja fisik yang berat serta emosi yang berlebihlebihan.
Bila serangan angina pektoris mempunyai pola yang kurang
lebih menetap dalam pekerjaan sehari-hari, maka dapat diberikan
preparat nitroglycerin yang berdaya kerja dalam waktu
yang lama (long acting) sebagai pemberian obat yang dipertahankan
sehari-hari. Untuk ini isosorbide dinitrate tablet 10 mg
diberikan 3 & 4 kali sehari, seringkali cukup memadai maksud
tersebut. Disamping itu dapat pula ditambahkan obat-obatan
beta -blocker yang dapat menurunkan kebutuhan oksigen
miokard.
Dalam hal ini propanolol tablet 10 mg 3 kali sehari dapat dicoba
bila tidak ada kontra indikasi (gagal jantung, astma
bronchial, heart block grade 2 dan grade 3).
Baru-baru ini dikembangkan juga pemakaian salep nitroglycerine
dalam jumlah tertentu yang diserapkan pada kulit
dapat memenuhi keperluan obat-obat nitro sehari-hari. Latihan
fisik atau olahraga dengan bimbingan tertentu yang disesuaikan
dengan keadaan sipenderita dianjurkan untuk mencapai
keadaan optimal dari sistem kardiovaskuler dalam arti
bahwa kerja jantung menjadi lebih efisien.
Perhatian dalam pengobatan angina pektoris harus juga
ditujukan pada pola perkembangan keluhan-keluhan angina.
Bila keluhan angina menjadi progresif dalam frekuensi dan
beratnya serangan atau serangan angina timbul pada keadaan
istirahat, maka pengobatan harus lebih intensif dengan maksud
untuk sedapat mungkin mencegah terjadinya iskemia yang lebih
berat yang mungkin berlanjut akan menjadi infark miokard.
Bila keadaan ternyata bertambah buruk di monitor EKGnya dan
dilakukan pengukuran kadar enzim (SGOT LDH, CPK, dan
CK—MB) yang dilakukan berturut-turut dalam hari-hari
pertama perawatan. Penderita harus istirahat di tempat tidur
dan diberikan obat-obat sedatif dan bila perlu obat-obat
analgesik. Obat-obat beta -blocker dalam infark miokard akut
diragukan manfaatnya, bahkan mungkin perlu dihentikan
pemberiannya untuk sementara selama fase akut.
Tentang pemakaian obat antikoagulan pada unstable angina
belum ada data laporan penyelidikan yang menunjukkan bahwa
obat-obat tersebut dapat memberi manfaat yang cukup
bermakna. Pada penderita yang belum lama mendapat serangan
post infark miokard (kurang dari 1 atau 2 bulan yang lalu)
dengan timbulnya keluhan unstable angina, pemberian obat antikoagulan
boleh dipertimbangkan walaupun belum pasti
hasilnya.
Perhatian pada akhir-akhir ini banyak ditujukan pada faktor
spasme arteria koronaria vasospasme yang dapat menimbulkan
keluhan angina, walaupun pada keadaan istirahat. Pada
penderita dengan PJK ataupun pada penderita dengan
pembuluh arteria koronaria yang masih baik, dalam hal terse-but
diatas, Calsium antagonist dapat bermanfaat pada vasospastic -
unstable-angina-pektoris. Penderita yang telah diberikan
pengobatan seperlunya, akan tetapi masih juga menderita angina
sebaiknya dipertimbangkan untuk dilakukan angiografi koroner
untuk menentukan apakah ada indikasi untuk tindakan operatif
(coroner artery bypass surgery). Ella ternyata terdapat
penyempitan yang cukup berarti (70%) pada dua atau lebih
arteri koronaria yang utama atau pada percabangannya yang
proksimal dari salah satu dari kedua arteria koronaria utama
tersebut, maka tindakan operatif seringkali dapat menghilangkan
keluhan-keluhan angina.
Dari Abi Hamzah Anas bin Malik ra. pelayan Rasulullah saw dari Nabi saw telah berkata: "Tidak sempurna iman seseorang diantaramu hingga mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri." (Bukhari - Muslim)
About Me

- Rio Affandy
- Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia
- Seorang yang sedang menuntut ilmu dan mengejar cita-cita untuk menjadi yang terbaik, melanjutkan jenjang S2 Spesialis Bedah di Universitas Indonesia... Semoga Lancar dan Sukses...Amin Ya Rabb...
STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

Shaping Spiritual and Intellectual Excellence
Tidak ada komentar:
Posting Komentar