Rabu, 17 Juni 2009

HOME CARE

Slide 1
Slide 2
BY : RIO

Serial Pelayanan Kesehatan Dasar

Tiga tahun ini kami mengembangkan sebuah sistem jaringan layanan perawatan medis di rumah penderita. Layanan ini kami namakan “home care“.
Sebenarnya bukan hal baru mengingat layanan perawatan di rumah penderita sudah sejak lama dilakukan dan menjadi salah satu program Depkes, yakni “asuhan keperawatan“. Namun Home Care ala kami sedikit berbeda.


Home Care dilatarbelakangi, salah satunya, oleh permintaan keluarga penderita yang diharuskan opname, namun tempat di Rawat Inap (Palaran) penuh, sementara untuk ke RSU merasa keberatan dalam hal biaya.
Adakalanya, kami melakukan home care bagi penderita kasus terminal, yakni kondisi penyakit yang dianggap tidak punya harapan lagi (dari sisi medis) dan tidak diterima di RS manapun, kami siap menerimanya.

:: :: :: Home Care :: :: ::
Merupakan layanan medis di rumah penderita oleh paramedis secara berkala berdasarkan skedul perawatan yang ditetapkan dokter penanggung jawab.

Ini berarti, paramedis mengunjungi pasien 2-3 kali sehari, dan semua jenis tindakan, obat-obatan, jenis serta jumlah cairan infus, mengacu kepada skedul perawatan, berdasarkan prosedur tetap yang telah kami susun.
Selain itu, paramedis dapat konsultasi kepada dokter penanggung jawab melalui 3 cara, yakni: melalui handphone (setiap saat), kunjungan oleh dokter ke rumah penderita dan follow up ke praktek dokter penanggung jawab.

:: :: :: Organisasi :: :: ::
Secara kelembagaan, home care melekat dengan Rawat Inap (Palaran) sebagai salah satu bentuk layanan medis. Karenanya, kendati pimpinan berganti, Home care tidak dapat dihentikan, kecuali jika dokter penanggung jawab tidak ada lagi dan tidak ada yang menggantikan. (dah ada kadernya koq, tenang aja)

Penangggung Jawab:
Dokter, bermukim di kecamatan kami (Palaran). Kualifikasi: memiliki minat, sikap ramah, mau belajar dan tidak berorientasi materi semata.

Tim Pelaksana: (paramedis, hingga saat ini 11 orang)
Semua paramedis Rawat Inap (Palaran) yang sudah mendapatkan rekomendasi dokter penanggung jawab berdasarkan syarat minimal, yakni: minat, sikap dan kemauan untuk belajar serta kemampuan entry rekam medik.

Catatan:
Oleh DPRD Komisi IV Kota Samarinda (dah kami beri CD-nya), layanan home care diharapkan tetap eksis. Perhatian dan support yang diberikan pada kami cukup besar. *tapi kritik boleh terus kan Bos… ;) *
Sejauh ini, komisi IV lebih sering berkunjung ke Rawat Inap (Palaran) dibanding DinKes Tk II. Koq ? Ga terbalik tah ?

:: :: :: Alur Pelayanan Home Care :: :: ::
Tahap pertama, penderita mendapatkan perawatan awal di UGD Rawat Inap (Palaran), meliputi:

  • Pemasangan infus, pasang kateter, sonde dan tindakan dasar medis lainnya.
  • Pengobatan awal, seperti: injeksi, nebulizer, dan lain-lain.
  • Follow up jangka pendek sekitar 2-4 jam untuk stabilisasi dan evaluasi awal.
  • Rekam medik.

Semua ini berdasarkan skedul perawatan yang telah dibuat (tertulis) oleh dokter penanggung jawab. Artinya, pasien mendapatkan pemeriksaan di praktek dokter atau dokter penanggung jawab datang ke UGD. *pamit meninggalkan chat, soalnya dapet “berkat“, halah*
Selanjutnya, pasien diantar ke rumahnya (atau keluarganya) menggunakan ambulance.

:: :: :: Sistem Rujukan :: :: ::
Jika penderita Home Care memerlukan rujukan spesialis, maka panderita diantar oleh paramedis menggunakan ambulance ke praktek dokter spesialis sesuai penyakitnya. Rujukan dimaksudkan untuk mendapatkan advis pengobatan, pemeriksaan penunjang, dan tindakan lain. Selanjutnya kembali ke rumah penderita. Pada kondisi tertentu, perawatan lanjutan dilakukan di RS jika diperlukan perawatan lebih lengkap setelah mendapatkan persetujuan penderita dan atau keluarganya.

:: :: :: Biaya :: :: ::
Sistem pembayaran mengacu pada Peraturan Daerah (Perda) Pola Tarip Rawat Inap (Palaran), meliputi: Jasa, harga obat, bahan habis pakai, biaya per jenis pelayanan, konsul dan kunjungan dokter, dll.

Apa tidak akan terjadi pungutan di luar ketentuan (pungli) ?
Tidak !!! Dijamin Tidak !!! Dan selama ini, tidak !!!
Ingat kan ? Ada dokter penanggung jawab dan paramedis pilihan plus rincian kuitansi. Jumlah yang tertera di kuitansi, itulah biayanya. Tak ada lainnya seperti: ucapan terimakasih atau sejenisnya. Tak ada !!!

Contoh tarip:
Kunjungan dan perawatan paramedis:

  • Rp 30.000,- per hari untuk 2-3 kali kunjungan (berlaku radius 4-7 km)
  • Rp 20.000,- Rp25.000,- per hari untuk 2-3 kali kunjungan (0-3 km)

Konsul dan kunjungan dokter:

  • Kunjungan ke UGD (pemeriksaan awal dan skedul): Rp 10.000,-
  • Kunjungan ke rumah penderita: Rp 10.000,- – Rp 15.000,- per kunjungan sesuai radius di atas. (tidak diukur pakai meteran lah, kami dah punya petanya koq)
  • Konsul via tilpon (hp): Rp5.000,- per hari ( 1 kali atau 3 kali, tetap 5 ribu)

Adapun obat, bahan habis pakai serta tindakan medis lainnya dihitung berdasarkan standarisasi dan Perda yang berlaku.

* karenanya, mohon maaf jika enak-enaknya chat lalu pamit lantaran ada panggilan dapet “berkat” 10 ribu, hehehe, … tosss*

:: :: :: Evaluasi dan Kendala :: :: ::
Layanan Home Care, merupakan salah satu pilihan menjawab harapan sebagian penderita yang karena alasan tertentu minta dirawat di rumahnya.
Dalam kurun waktu tiga tahun ini, home care menunjukkan trend peningkatan. Kami melayani pada kisaran 50-100 penderita home care per tahun.
Sekitar 50% terpaksa tidak dapat kami penuhi karena alasan geografis dan terbatasnya jangkauan petugas.

Peningkatan jumlah home care bukan prestasi, tak ada kaitan dengan target atau program. Jumlah tersebut lebih dipengaruhi oleh pola penyakit dan daya tampung Rawat Inap (Palaran).

Kendala yang kami alami selama layanan home care, diantaranya:

  • Kondisi geografis dan akses transportasi. Sementara ini kami hanya dapat melayani 2 kelurahan penuh dan 2 kelurahan perbatasan dari 5 kelurahan di kecamatan kami (Palaran). Satu kelurahan (Bantuas) sama sekali tidak tersentuh home care lantaran harus melewati perbukitan dan semak belukar nan sepi, sementara 8 dari 11 tim kami adalah wanita.
  • Tenaga. Hingga kini, tenapa paramedis sebagai pilar home care berjumlah 11 orang dan bermukim di 2 kelurahan. 4 orang di antaranya melanjutkan pendidikan, sehingga harus bolak-balik ke kota.
  • Di setiap kelurahan sebenarnya ada tenaga bidan dan perawat, namun tidak dapat kami masukkan tim home care karena tidak memenuhi standar minimal, yakni: minat, sikap dan kemauan untuk belajar (termasuk kemauan belajar entry rekam medik).
  • Dokter ada 5 orang yang bermukim dan praktek di kecamatan kami, ditambah 2 orang sejawat dari kota yang juga praktek di kecamatan kami, totalnya 7 orang. Sayangnya belum ada yang bersedia sebagai tambahan pasukan, kendati sudah ditawarkan. Harap maklum, mungkin sibuk. *atau berkatnya hanya 10 ribu, gosip mode ON* (inipun terpaksa dinilai, tanpa visi, No)
  • Dari sisi penderita, keluhan tentu ada, yakni tidak terpenuhinya semua permintaan home care.

Koq mau repot sih ?
Jawabannya mirip ketika kita ditanya, mengapa nge-Blog.
Senang, itu saja.
Bukan mengharap pahala, pujian, penghargaan, pengabdian, atau kalimat indah lainnya.
Sekali lagi: senang, titik !!!

Akhirnya, sekecil apapun yang kami berikan, kami senang melakukannya.
Tak banyak yang kami harapkan, selain pintu maaf dari para penderita dan maghfiroh-Nya, jika layanan home care ala kami ini banyak kekurangan serta kekhilafan.

Mari berbagi …
Semoga bermanfaat.

:: :: :: posting ini lanjutan dari serial sebelumnya: ac di UGD ndeso :: :: ::

41 Tanggapan ke “Home Care”


  1. 1 almascatie Agustus 5, 2007 pukul 5:03 pm

    sekali lagi saya tidak bisa berkata-kata, hanya salut, dan salut lagi
    “jangan berikan mimpi kami tidak dibalas dengan mimpi pula” tapi dibalas dengan kenyataan oleh cakmoki cs (biar lebih gaul pake cs aja :) )
    cak… untuk kendalanya transportasi karena sarana kedaerah-daerah tersebut ga bisa menjangkau ya? kalo gitu berarti tugas DPR tuh untuk mendesak pemerintah agar terus membangun sarana sehingga dapat terjangkau semuanya apalagi kegiatan cak moki cs dah memiliki bukti riil ga sekedar konsep diatas kertas…
    btw…. kalo hanya senang aja apa kalo pas ga mood gitu masih terus berjalan ga cak….
    cak.. semoga kegiatan cakmoki cs bisa berlanjut terus dan kader-kadernya mempertahankan yang sudah dibangun sehingga semua wong ndeso dapat menikmati kesehatan tanpa harus memikirkan biaya yang mahal.

  2. 2 deKing Agustus 5, 2007 pukul 5:23 pm

    Cak, lalu ketersediaan dan kesiapan paramedis-nya gimana mengingat pelayanan home care sepertinya banyak menyita waktu (setidaknya untuk perjalanan).
    Seandainya ada banyak pasien home care maka otomatis akan membutuhkan paramedis yang banyak juga, jangan sampai nanti pasien yg di RS malahan terbengkelai

    BTW jadi berangan2 seandainya 80% dari jumlah dokter yang ada bisa seperti cakmoki sepertinya mantapz.

  3. 3 mathematicse Agustus 5, 2007 pukul 5:44 pm

    Bagus Cak programnya, perlu terus dikembangkan. Jangan sampai terhenti…

    Mudah-mudahan makin banyak yang ngasih berkat “Rp. 10.000″ nya… :D

  4. 4 cK Agustus 5, 2007 pukul 6:42 pm

    waaah…keren tuh. kalau di jakarta bikin seperti ini gimana yak??? tapi permasalahannya sih ada di penyedia layanan ini, mau ga mereka dibayar segitu?? :mrgreen:

    seandainya semua dokter seperti cakmoki dan kawan-kawan ini ;)

    OOT, avatar barunya keren tuh :D

  5. 5 cK Agustus 5, 2007 pukul 6:44 pm

    *membayangkan home care merambah ke seluruh indonesia* :roll:

  6. 6 ndarualqaz Agustus 5, 2007 pukul 8:01 pm

    *ikutan mbayangin bayangannya chika* :roll:

  7. 7 dani iswara Agustus 5, 2007 pukul 10:12 pm

    semoga bantuan lainnya segera mengalir cak.. :D

  8. 8 wulan Agustus 5, 2007 pukul 10:40 pm

    Acung 2 jempol tuk tim Home Care. Salut juga buat Komisi IV DPRD nya,wakil rakyat memang harus lebih dekat dengan rakyat Cak…

  9. 9 Lita Agustus 5, 2007 pukul 10:48 pm

    Woalah, panggilan berkat waktu konferensi malam-malam itu ‘berkat 10ribu’ toh. Mbok bilang, kan jadi didoain, bukan ditagih jatah makan bersama :D
    Maap ya cak, nona pengertian *nyengir*

    Yang semangat ya, cak Moki dan teman-teman. Semoga sehat selalu juga, supaya banyak yang mendapat berkah manfaat :)

  10. 10 telmark Agustus 5, 2007 pukul 11:00 pm

    Kalau soal manfaat atau soal salut, itu absolut keren bgt 100%.
    sebelumnya, yg saya tahu cuma dokter pribadi/keluarga yg biasa datang. itupun karena emergency. sisanya, utk infus, obat dan cek, cumen perawatnya yg datang. dokternya cumen sekali2 doang.

    apa (kira2) di setiap kota ada cak Dok ? program spt itu kayaknya sangat bermanfaat. semoga tdk membuat pasien kaya semakin manja. ;)

  11. 11 vend Agustus 5, 2007 pukul 11:12 pm

    udah cak, sampeyan jadi mentri kesehatan aja :roll:

  12. 12 cakmoki Agustus 5, 2007 pukul 11:18 pm

    @ almascatie,
    ya itulah salah satu kendala utama selain tenaga (pilihan).
    Jalan utama sih udah pakai conblock, namun yang menuju pemukiman pinggiran masih tanah, becek kalo hujan dan ga bisa dilewati.

    btw…. kalo hanya senang aja apa kalo pas ga mood gitu masih terus berjalan ga cak….

    ya om bener, ada “sesuatu” yg ga saya bahas. Untuk itu kami dah punya komitmen sejak awal dg memegang motto: “dahulukan layanan, yang lain bakal datang belakangan”. Ini tenaga pilihan, hanya 11 orang dari hampir 40 tenaga yg ada. Dilatih setiap hari secara khusus (bukan melalui workshop or study banding lho), tanpa dana apapun.
    Yg saya maksud “sesuatu” adalah kepatutan penghargaan. Semua penghasilan mereka diatur oleh Perda.

    Untuk tenaga honor saja, mereka dapet 450 ribu dari Pemda dan sekitar 1-1,2 juta dari jasa berdasarkan Perda, total sekitar 1,5 juta. Mereka baru menyadari setelah melihat slip penghasilan.
    Sebuah RS swasta di kota, memberikan sekitar 750 ribu per bulan untuk paramedis. So, kayaknya masih lumayan paramedis ndeso ya … hehehe
    Kalo mereka udah PNS, berati akan mendapatkan 2 juta lebih per bulan. Tentu akan naik sesuai lama kerjanya kelak. (ada posting khusus koq, ntar serial berikutnya)

    Trims supportnya.

    @ deKing,

    Seandainya ada banyak pasien home care maka otomatis akan membutuhkan paramedis yang banyak juga, jangan sampai nanti pasien yg di RS malahan terbengkelai

    Hehehe, mestinya orang depkes yg nanya ini …
    Benar mas arie, perawatan di Rawat Inap tetap prioritas utama. Adapun home care dilakukan secara integratif antar petugas.
    Tidak semua permintaan home care dapat kami penuhi mengingat keterbatasan tenaga terlatih. Yg mau sih banyak, tapi kalo gak sabaran atau males, ya ga bisa kita ikutkan.
    Makanya 11 orang tenaga tersebut mobilitasnya bisa diandalkan kecuali yg sedang hamil (ada yg hamil soalnya :) )

    @ mathematicse,
    Trims supportnya ya …
    Ehm, berkatnya gak seberapa, namun menjadi sangat berarti ketika diikuti rasa puas dan syukur.

    @ cK,
    Di mana saja bisa sih, asalkan punya minat dan kemauan. Sebagai perbandingan, home care oleh paramedis di kota (samarinda) sekitar 100 ribu perhari, itupun ga ada dokter penanggung jawabnya. Hanya perawatan.
    entah di Jakarta or di kota lain. Sy belum dapet info soal itu.
    Menurut saya sih mestinya bisa ya … Kalo soal honor ga terlalu penting sih, ada sesuatu yg tidak bisa digambarkan, puwazzz kali …*sekali-sekali sok nggaya*

    @ ndarualqaz,
    *telepati* :D … bilangnya dah punya klinik, hayo …

    @ dani iswara,
    iya mas Dani … ada rewardnya koq, perluasan area, tambah bangunan, konon oktober ini, hahaha

  13. 13 Astri Agustus 5, 2007 pukul 11:38 pm

    Cuma satu kata… Keren!!! Semoga amal ibadahnya diterima karena telah meringankan beban orang sakit :)

  14. 14 cakmoki Agustus 5, 2007 pukul 11:49 pm

    @ wulan,
    ya, beberapa anggota komisi IV dprd kota kami baik-baik. Beliau-2 banyak memberi support.
    ga pingin terjun mbak ? hehehe, asyik lho …

    @ Lita,
    waduuhhh, buka rahasia per-berkat-an di saat konfs.
    Trims do’anya Bu, demikian pula sebaliknya *koq jadi kayak surat ya*

    @ telmark,
    tengkyu supportnya, jangan muji ah, ntar kepala kami mekar :lol:

    apa (kira2) di setiap kota cak dok

    Asli saya ga tahu. Bukan program wajib soalnya. Sayapun berharap teman-teman berkenan memulai di daerah masing-masing.
    Pasien kaya ga mau yg beginian, kelasnya RS bintang 5, hehehe. Ada juga sih yg home care, tapi ga manja koq …

    @ vend,
    loh ? … hahaha, saya rakyat republik blogger jurusan wong ndeso … ini baru cocok

  15. 15 cakmoki Agustus 5, 2007 pukul 11:52 pm

    @ Astri,
    Amin … maturnuwun mbak :)

  16. 16 Evy Agustus 6, 2007 pukul 12:00 am

    oot cak, lapor baru bisa OL dapet inet yg intens lagi… eh terkaget2 fotone reek, putrane njenegan ta cak sing dipasang… opo brad pitt?

  17. 17 cakmoki Agustus 6, 2007 pukul 12:08 am

    @ Evy,
    Walah, jare sibuk Mbak, … hehehe kangen suwi gak ketemu
    ehm, sekali-sekali belajar narsis mbak, poto wong ndeso budal mancing :lol:

  18. 18 Shinta Agustus 6, 2007 pukul 12:33 am

    Pelajaran berharga dari cakmoki….” SENANG TITIK “

  19. 19 cakmoki Agustus 6, 2007 pukul 1:13 am

    @ Shinta,
    ya ampyuun, jam segini blum tidur ya ..
    makasih mbak :)

  20. 20 suandana Agustus 6, 2007 pukul 11:47 am

    Kalau saja di desa saya ada yang model gini… Mungkin jalan hidup saya akan berbeda Cak…

    SEMANGAT!!!

  21. 21 cakmoki Agustus 6, 2007 pukul 12:11 pm

    @ suandana,
    berbeda gimana mas ? … ok, trims semangat ™ !!!

  22. 22 itikkecil Agustus 6, 2007 pukul 12:19 pm

    bagus nih cak…. coba kalo puskes yang lain gini juga, gak perlu dana yang besar cuma untuk promosi biar AKI tidak tinggi.
    dan lagi-lagi bisa jadi tempat pelesir studi banding….

  23. 23 gies Agustus 6, 2007 pukul 5:59 pm

    waah hebat! pelayanan kesehatan akan semakin mudah didapat dan murah tentunya. salut Cak!

  24. 24 cakmoki Agustus 7, 2007 pukul 1:02 am

    @ itikkecil,
    he-eh, modalnya niat mbak …
    Jangan-jangan di sana lebih bagus ya … saya malu nih jadinya

    @ gies,
    siap komandan !!! :D

  25. 25 itikkecil Agustus 7, 2007 pukul 11:21 am

    cakmoki
    adik saya (bukan saya) pernah jadi dokter ptt di puskesmas di daerah kaya minyak di sini (Sumatera Selatan). home care yang direncanakan seperti ini gak ada tuh. paling insidental home visit aja, kalo misalnya ada pasien darurat. tapi gak tau kalo di puskesmas lain ada. tapi setau saya sih belum ada. CMIIW

  26. 26 jejakpena Agustus 7, 2007 pukul 4:19 pm

    Waa… waa… *tepuk tangan*
    Ikut senang dengarnya Cak.

    Apa tidak akan terjadi pungutan di luar ketentuan (pungli) ?
    Tidak !!! Dijamin Tidak !!! Dan selama ini, tidak !!!

    Great! Semangat terus ya Cak. *dukung*

    Eh, kendala-kendalanya mudah-mudahan makin berkurang ke depannya ya.

  27. 27 Titah Agustus 7, 2007 pukul 5:32 pm

    cak, artikelnya sudah saya print dan saya serahkan dokter maya. tagihannya langsung ke sana yah :D
    omong-omong kalau konsultasi lewat blog dan lewat Y!M berapa tarifnya cak? itu termasuk home care juga kan?

  28. 28 dokterearekcilik Agustus 7, 2007 pukul 10:58 pm

    Bagus programnya cak moki, bisa aku tiru tuh :) Kalo kendala ya… tiap usaha mesti ada aja, apalagi kalo baik.

  29. 29 cakmoki Agustus 8, 2007 pukul 3:26 am

    @ itikkecil,
    he-eh, ini emang bukan program wajib koq. Kalo boleh pakai bahasa keren, semacam inovasi … hehehe
    hitung-hitung mengembangkan pengertian: perluasan jangkauan pelayanan. Mungkin ini bisa disebut salah satu terjemahan kalimat perluasan jangkauan pelayanan.
    Semuanya bergantung kepada kompetensi dan niat, kali ya …

    @ jejakpena,
    tepuk tangan juga, … hehehe, pekerjaan kecil koq mbak, gak berarti apa-apa sih sebenernya.
    Makasih dukungannya ya, … juga do’anya. Amin. :)

    @ Titah,
    wah, ntar diketawain mbak maya lho … beliau tuh hebat mbak, yg beginian mah untuk beliau udah bukan barang baru, hehehe
    Salam hangat untuk beliau ya … *bletak*

    home care YM, taripnya pakai icon deh :D

    @ dokterearekcilik,
    hahaha, gak kebalik tah. Lha wong saya mau meguru kesana je …
    Ok, sependapat soal kendala, emang bener seperti yg kami alami.
    Mohon tambahan do’a ya mas :D

  30. 30 Fa Agustus 8, 2007 pukul 11:48 pm

    duh, senangnya ya Cak, klo kesenangan kita bisa menimbulkan kesenangan orang lain… tosss!

  31. 31 cakmoki Agustus 9, 2007 pukul 12:15 am

    @ Fa,
    iya mbak … :) … tosss

  32. 32 Lily Agustus 13, 2007 pukul 1:12 pm

    Trenyuh bacanya.. :)

    Semoga ‘proyek’-nya ini sukses selalu ya Cak.. :)
    Paramedis yg terlibat di dalamnya selalu dalam lindungan-Nya, diberi kesehatan, keselamatan dan segala sesuatunya agar dapat menjalankan tugas dengan sebaiknya, Amin.. :)

  33. 33 cakmoki Agustus 14, 2007 pukul 1:38 am

    @ Lily,
    Amin … maturnuwun mbak :)

  34. 34 adimas April 10, 2008 pukul 10:15 am

    masa homecare juga harus ada “dokter” penanggung jawab sih, ho0me care kan bukan klinik pengobatan, buka balai pengobatan yang butuh dokter penanggung jawab, kalo bapa memang sebagai dokter dan menaungi sebuuah unit usaha home care tolong dong pa jangan bilang penanggung jawabnya dokter, tapi bilang aja penanggung jawabnya bapa soalnya bapa yang merintis. bolehlah kalo di klinik di bilang ada dokter penangung jawabnya tapi kalo homecare mah jangan atuh pa.
    tapi terlepas dari itu semua, saya salut sama bapa yang sudah bisa memahami kemauan pasien pa sehingga bisa melihat peluang yang ada, salut pa, soalnya saya juga sedang merintis HomeCare juga pa, dan homecare saya g perlu penanggung jawab dokter.
    makasih infonya ya pa

  35. 35 cakmoki April 10, 2008 pukul 3:39 pm

    @ adimas:
    ok, mari kita kaji sesuai azas etika, keselamatan pasien dan Peraturan.
    Pertama: silahkan baca bab Organisasi pada artikel ini, dimana Homecare yang kami lakukan mempunyai induk, yakni Rawat Inap yang memiliki hirarki baku. Dalam institusi layanan kesehatan (dalam hal ini milik pemerintah) semua sistem ada aturannya, dan sudah tentu kompetensi medis diserahkan kepada dokter. Selanjutnya dokter dapat mendelegasikan tindakan medis kepada paramedis berdasarkan indikasi dan protap (prosedur tetap). Ini dimaksudkan untuk melindungi pasien dan petugas, sehingga jika terjadi sesuatu berkenaan dengan tindakan medis, dapat dipertanggung jawabkan sesuai undang-undang dan kompetensi.
    Kecuali jika Homecare tidak ada tindakan medis, maka perawatan bersifat follow up, bisa jadi tidak diperlukan penanggung jawab dokter. Namun, andaikata terjadi sesuatu, misalnya: saat infus lantas plebitis trus berlanjut menjadi infeksi yang luas, siapa yang bisa dimintai pertanggungjawaban kompetensi di mata hukum ?

    Kedua: mengacu pada UU No. 12 Tahun 1992 dan UU No. 29 tahun 2004, kompetensi tindakan medis (praktek, homecare, klinik, balai pengobatan, RS ..dll) adalah seorang dokter sesuai Ketentuan Konsil Kedokteran Indonesia. Artinya penanggung jawabnya seorang dokter atau dokter gigi (dalam hal perawatan kesehatan gigi dan mulut).

    Ketiga: Homecare yang kami rintis bukan berorientasi pada peluang:) namun lebih kepada membantu pasien (dan keluarganya) agar biayanya jauh lebih murah karena tidak perlu membayar biaya kamar dan t3t3k bengeknya, bukan sebaliknya.
    So penanggung jawab di sini adalah sebagai penentu skedul perawatan sekaligus memberikan bimbingan teknis kepada paramedis. Seumpama merawat (homecare) pasien Demam Berdarah stadium II, lantas siapa yang akan menentukan jumlah tetesan permenit, jenis cairan, durasi setiap keperluan cairan per Kg berat badan dan follow up hariannya?
    Coba tolong jelaskan siapa yang berkompeten untuk itu?

    Oya, mohon maaf, saya sebagai penanggung jawab yang menentukan skedul perawatan berbagai penyakit Homecare tidak memungut bayaran da tidak mau dibayar untuk itu. Inilah yg saya maksud bukan masalah peluang, melainkan untuk membantu pasien.

    Selanjutnya, terserah kepada para pelaku perawatan. Saya juga salut pada sampeyan yang telah berkenan untuk melakukan Homecare, terlepas merasa perlu pakai penanggung jawab dokter ataupun tidak.
    Alangkah bijaknya jika menanyakannya kepada pasien atau keluarganya akan perlu tidaknya penanggung jawab dokter…lebih fair kan ? Mereka bukan obyek lho … :)
    Jika keluarga pasien mengatakan gak perlu penanggung jawab dokter, gak masalah … mudah kan? Gak akan ada dokter yang protes koq :)

    Thanks

  36. 36 erickaregy Oktober 29, 2008 pukul 10:25 pm

    Hmm.. dok..
    thanks ya artikelnya membantu saya waktu “bos” minta dibuatkan tentang proposal Home Care untuk di RS tempat beliau kerja..
    sedangkan saya bukan dari medis.. hhehehe (tekno Pangan yang jadi sekrtarisnya)
    Salam sukses

  37. 37 cakmoki Oktober 30, 2008 pukul 12:32 pm

    @ erickaregy:
    Sama-sama, moga berguna…
    Sssst … dikasih honor gak sama bos?
    Pasti bangga tuh sang Bos punya staf ahli walau bukan dari medis ..hehehe
    Trims … salam dan sukses juga ya

  38. 38 Aisyah Nopember 9, 2008 pukul 9:21 pm

    Baru nemuin tulisan ini, secara sengaja krn emang sdg nyari “wangsit” buat home care. Alhamdulillah jd punya gambaran, makasih. :) cuman beda setting aja, krn saya di RS swasta jd pinginnya sosial, cm gmn meng-adjust nya? Oya saya di Surabaya. Makasih sekali lagi.

  39. 39 cakmoki Nopember 10, 2008 pukul 3:47 am

    @ Aisyah:
    Salut … moga terlaksana dengan baik.
    Di sini juga lebih ke arah sosial … tetep ada tarif tapi diharapkan gak membebani pasien dan keluarganya.

    Kalo boleh tahu, RS mana ? … RSHU, RKZ, RSI, atau lainnya? *hehehe, maaf, kayak detektif, gak wajib dijawab koq*

    Sekali lagi, semoga sukses ya :)
    Trims

  40. 40 Aisyah Nopember 15, 2008 pukul 5:05 pm

    RSI 1 A Yani, masih bisa diharapkan sosialnya, insyaalloh. Saya kebetulan jalur luar negeri he he he…

  41. 41 cakmoki Nopember 15, 2008 pukul 11:07 pm

    @ Aisyah:
    Mudah-mudahan sukses…
    Koq ada jalur luar negeri? Maksudnya lagi pendidikan di luar negeri ato ada bantuan luar negeri ? *sy gak mudeng*… hehehe, maklum, ndeso ™


Tinggalkan Balasan




dan balita karena merupakan periode yang sangat
menentukan kualitas hidup anak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar